Yadnya Kasada Bromo 2025: Ritualitas Sakral di Lautan Pasir Bromo

Admin

(Catatan kecil untukmu yang ingin menyaksikannya langsung—dan tak tersesat di tengah kabut.)

Gunung Bromo barangkali sudah lama ada di bucket list banyak petualang. Tapi di balik panorama caldera berwarna keemasan, ada kisah spiritual yang jarang disentuh selebgram: Upacara Yadnya Kasada—panggung suci tempat Suku Tengger merawat janji leluhur kepada Sang Hyang Widhi. Tahun 2025, rangkaian ritualnya kembali digelar


1. Megeng: Sunyi Sebelum Syahdu

Bayangkan Lautan Pasir lengang, pintu Cemoro Lawang terkunci rapat, dan deru jeep yang biasa meraung kini digantikan desir angin gurun. Itulah Megeng, fase penyucian sebelum pintu sakral dibuka.

  • Megeng awal: 29 Desember 2024, 15.00 WIB – 30 Desember 2024, 23.59 WIB
  • Megeng akhir: 27 Januari 2025, 15.00 WIB – 28 Januari 2025, 23.59 WIB

Selama dua jendela waktu ini, seluruh akses ditutup—Cemoro Lawang di Probolinggo, Wonokitri di Pasuruan, hingga jalur Jemplang yang jadi gerbang favorit petualang Malang-Lumajang. Warga Tengger memurnikan diri; wisatawan cukup belajar menahan diri.

Tip: Kalau rasa penasaran tak terbendung, datanglah satu hari lebih awal ke desa terdekat. Dengarkan cerita tetua tentang Wulan Kapitu—“bulan ke-tujuh” dalam kalender Jawa—saat doa-doa dilantunkan diam-diam, jauh sebelum kembang api wisata meletup.


2. Nyepi Tengger: Hening Tanpa Lampu Jeep

Tak perlu terbang ke Bali untuk merasakan Nyepi. Di Bromo, Suku Tengger menutup pintu kawah selama 29 Maret 2025, 06.00 WIB – 30 Maret 2025, 06.00 WIB (Tahun Baru Saka 1947). Lereng yang biasa gemerlap head-lamp pendaki mendadak gulita. Tak ada klakson, tak ada drone—hanya gumam angin dan aroma dupa.

Tip: Gunakan jeda ini untuk eksplor Pasuruan atau Malang. Saat pintu kembali dibuka, udara Bromo terasa ekstra segar—seolah alam baru saja menekan tombol reset.


3. Puncak Yadnya Kasada: Melempar Syukur ke Kawah

Inilah klimaks: 10 – 11 Juni 2025. Saat fajar masih pucat, ribuan warga berbalut kain adat berkumpul di Pura Luhur Poten. Sesaji—hasil bumi, bunga, bahkan kambing—ditata rapi. Setelah doa ruwatan, barisan bergerak pelan menuju bibir kawah; sesaji dilemparkan sebagai tanda terima kasih atas panen, kesehatan, hidup.

Penutupan Total

  • Mulai: 10 Juni 2025, 00.01 WIB
  • Usai: 13 Juni 2025, 24.00 WIB

Dua hari terakhir—12-13 Juni—dialokasikan untuk bersih-bersih lautan pasir. Jangan kaget bila melihat relawan memungut sisa dupa atau anyaman janur; itulah cara Tengger merawat tanah yang mereka anggap suci.

Titik Pandang Aman

Tak terlibat langsung? Nikmati dari:

  • Cemoro Lawang – balkon alam setinggi 2.200 mdpl.
  • Bukit Dingklik – spot sunrise yang kerap luput radar turis.
  • Jalur Jemplang – panorama Bromo-Semeru berdampingan, terbaik menjelang senja.

Tip: Bawa lensa tele 200 mm ke atas; kabut tipis sering kali menciptakan siluet dramatis para pembawa sesaji.


4. Hal-Hal Kecil yang Sering Terlupa

  1. Booking jauh-jauh hari – Penginapan di Ngadisari & Wonokitri ludes sebelum kamu sempat bilang “kasada”.
  2. Layer is life – Malam Bromo bisa jatuh ke 4-6 °C. Puffer jacket tipis + fleece + kaus termal adalah kombinasi damai.
  3. Uang tunai – Sinyal sering ngambek. Dompet digital bisa berubah sekadar ikon biru di layar.
  4. Hormati pantangan – Jangan mendahului rombongan adat di tangga kawah, jangan asal menyalakan flash.
  5. Bawa pulang sampahmu – Sesederhana melipat bungkus cokelat ke saku. Bromo bukan tong raksasa.

5. Mengapa Harus Melihat Kasada Sekali Seumur Hidup?

Karena di sinilah wisata berubah jadi wacana jiwa. Kita belajar bahwa gunung bukan semata foto profil—ia rumah bagi keyakinan yang lebih tua dari semua kamera kita. Menyaksikan ratusan sesaji melayang lalu hilang ditelan kawah membuatmu paham: rasa syukur tak selalu diucap, kadang dilempar jauh—biar semesta yang menjawab.

Datanglah bukan sebagai penonton, tapi tamu yang tahu diri.
Duduk tenang, dengar mantra, lalu biarkan gema gamelan bercampur detak jantungmu.

Selamat merencanakan perjalanan—dan sampai jumpa di Lautan Pasir yang menggigil, Juni nanti. Jangan lupa selimut tebal, mata terbuka, dan hati yang lapang.

Bagikan:

Artikel Terkait

Tags

Leave a Comment